MAKNA KEHIDUPAN DALAM TEMBANG DOLANAN "CUBLAK-CUBLAK SUWENG"
a. Sejarah Cublak-Cublak Suweng
Cublak-cublak Suweng adalah permainan tradisional yang diselingi lagu pengiring yang dinyanyikan. Lagu pengiring dalam permainan ini berjudul sama dengan nama permainan itu sendiri.
Permainan tradisional cublak-cublak suweng biasa dimainkan oleh anak-anak kecil di pedesaan dari Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.
Sejarah permainan ini, kaitannya dengan penciptaan lagu cublak-cublak suweng, berasal dari Walisongo, tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tentang tokoh penciptanya masih jadi kontroversi, ada sumber yang menyebutkan cublak-cublak suweng adalah ciptaan Syekh Maulana Ainul Yakin atau yang dikenal sebagai Sunan Giri, namun sumber lain mengatakan penciptanya adalah Raden Mas Said yang dikenal dengan Sunan Kalijaga. Hal ini menunjukkan bahwa tembang dolanan (permainan) ini sudah sejak lama, sejak walisongo menyebarkan islam di tanah jawa. Oleh karena itu permainan cublak-cublak suweng memiliki makna filosofi yang dalam karena merupakan salah satu media yang digunakan walisongo dalam dakwah menyebarkan Islam di Nusantara. Sunan Giri memang seorang wali sekaligus budayawan yang sangat hebat. Dakwahnya tidak memaksa namun justru menjadikan rasa untuk hanyut didalamnya. Metode ini ternyata sangat ampuh untuk menjadikan daya tarik orang-orang jawa awam terhadap islam. Melalui seni budaya yang berupa gamelan, tembang, ataupun karya sastra lainnya menjadikan Sunan Giri sebagai sosok yang dikagumi hingga kini.
b. Cara permainan
Cara permainan tradisional Cublak-cublak suweng adalah sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Permainan dilakukan oleh 3-5 anak.
2) Satu buah biji-bijian/ kerikil yang bisa digenggam.
b. Cara Permainan
1) Melakukan hompimpa atau gambreng dan yang kalah menjadi Pak Empo berbaring telungkup di tengah, anak-anak lain duduk melingkari Pak Empo.
2) Semua pemain membuka telapak tangan menghadap ke atas dan diletakkan di punggung Pak Empo.
3) Salah satu anak memegang biji/ kerikil dan dipindah dari telapak tangan satu ke telapak tangan lainnya diiringi lagu Cublak-Cublek Suweng. “Cublak cublek suweng, suwenge ting gelenter, mambu ketundung gudel. Pak empo lirak-lirik, sapa mau sing delekke. Sir sir pong dele gosong, sir sir pong dele gosong”.
4) Pada kalimat ”Sapa mau sing delekke” serahkan biji/ kerikil ke tangan seorang anak untuk disembunyikan dalam genggaman.
5) Di akhir lagu, semua anak menggenggam kedua tangan masing-masing, pura-pura menyembunyikan kerikil, sambil menggerak-gerakkan tangan.
6) Pak Empo bangun dan menebak di tangan siapa biji/ kerikil disembunyikan. Bila tebakannya benar, anak yang menggenggam biji/ kerikil gantian menjadi Pak Empo. Bila salah, Pak Empo kembali ke posisi semula dan permainan diulang lagi.
c. Makna Filosofis Permainan Cublak-cublak Suweng
Salah satu karya Walisongo cublak-cublak suweng ternyata mengandung makna yang dalam. Berikut ini Makna lagu dolanan Cublak-Cublak Suweng:
Cublak-cublak suweng
Cublak Suweng artinya tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan wanita Jawa. Jadi, Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu Suweng (Suwung, Sepi, Sejati) atau Harta Sejati.
Suwenge teng gelenter
Suwenge Teng Gelenter = suweng berserakan. Harta Sejati itu berupa kebahagiaan sejati sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia.
Mambu ketundhung gudel
Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudhel (anak Kerbau). Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan Gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Pak empo lera-lere
Pak Empo (bapak ompong) Lera-lere (menengok kanan kiri). Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan. Meskipun hartanya melimpah, ternyata itu harta palsu, bukan Harta Sejati atau kebahagiaan sejati. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri.
Sopo ngguyu ndhelikake
Sopo ngguyu (siapa tertawa) Ndhelikake (dia yang menyembunyikan). Menggambarkan bahwa barang siapa bijaksana, dialah yang menemukan Tempat Harta Sejati atau kebahagian sejati. Dia adalah orang yang tersenyum-sumeleh dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengahtengah kehidupan orang-orang yang serakah.
Sir-sir pong dele kopong
Sir (hati nurani) pong dele kopong (kedelai kosong tanpa isi). Artinya di dalam hati nurani yang kosong. Maknanya bahwa untuk sampai kepada Tempat Harta Sejati (Cublak Suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari kecintaan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam Sir-nya / hati nuraninya.
Pesan Moral:
untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukannya, tidak tersesat jalan hingga lupa akan akhirat.
Komentar
Posting Komentar